Seni Kaderisasi, Pilu mengembangkan SDM Organisasi.

 Hidup Mahasiswa!!!

   Sepertinya sudah menjadi sebuah kebutuhan dalam organisasi untuk melakukan kaderisasi. Mungkin terdapat beberapa perbedaan pemahaman untuk kaderisasi, ada yang mengartikan sebagai tahap seleksi untuk menjadi pengurus organisasi terkait, atau untuk ajang untuk meningkatkan kualitas SDM pengurus untuk menempati posisi tertentu. Keduanya memang benar, karena pada dasarnya kaderisasi adalah proses penanaman bibit untuk tujuan tertentu, baik untuk perekrutan maupun peningkatan kualitas SDM guna menempati posisi tertentu,

    Dengan tajuk sharing singkat,pengalaman yang dirasakan dalam pengembangan sumber daya manusia memang tak terlepas dari suka maupun duka. Menyenangkan memang dilatih dan terlatih untuk dapat menganalisis karakter SDM organisasi, namun tanggung jawab dalam mengembangkan terkadang menjadi momok berbeda bagi sebagian pandangan. Niat mengembangkan terkadang dianggap mengekang, niat menegaskan terkadang dianggap mengeraskan. Hal ini tak terlepas dari sebuah kalimat yang mengatakan "Semakin dekat seorang pemimpin dengan anggota nya, akan dikencingi, namun apabila terlalu jauh, bahkan menyebabkan sikap apatis atau tak peduli". 

    Menanggapi hal tersebut, kembali ke teori Akuntansi yang harus "Balance". Segala hal juga memang harus balance, kehidupan memang harus seimbang. hal ini juga berkaitan dengan Seni Kaderisasi dalam organisasi, bahwa kaderisasi tak hanya tentang pengembangan diri namun juga terdapat tanggung jawab untuk dapat menyeimbangkan dengan cara memikirkan "Bagaimana cara kita mengembangkan organisasi tersebut". 

Bung Hatta pernah bertutur mengenai kaderisasi, "Bahwa Kaderisasi sama artinya dengan menanam bibit. Untuk menghasilkan pemimpin bangsa di masa depan, pemimpin pada masanya harus menanam. Namun rupanya tak semudah itu, lika-liku dalam melaksanakan hal tersebut juga dirasa cukup berat. Contoh simpel ketika seorang Human Resource ingin menekankan disiplin waktu, mungkin akan terjadi perasaan tersinggung dari pihak yang saat itu kurang disiplin karena satu dan lain hal yang berbeda motif. 

Pandangan A, sebagai kewajiban dan tanggung jawab untuk menegaskan, hal seperti itu yang harus kita lakukan. Pandangan B, toleransi untuk pihak yang ada kendala memang seharusnya juga dilaksanakan. Namun terkadang sensitivitas seseorang terhadap suatu hal tak dapat dipaksakan untuk memandang dua hal tersebut. Bersyukur apabila kita dapat befikir akan hal A, namun juga tak dapat dipungkiri jika kita memandang hal B, berarti toleransi dari diri kita juga sangat tinggi.

Hal diatas menerangkan bahwa perbedaan pendapat terhadap suatu hal bukan lah yang harus kita perdebatkan, pemahaman setiap orang beda, tak ada yang paling benar, dan tak ada pula yang salah. Hargai pemahaman orang lain memang merupakan hal yang sangat penting karena dengan hal ini lah terjadi kesatuan akan menyelaraskan visi organisasi terkait.

Satu hal yang menjadi acuan saya dalam menjalankan suatu hal atas hal diatas adalah dengan prinsip "Lakukan saja hal yang baik-baik, selebihnya biarkan hukum alam bekerja". Hal ini dikarenakan hal baiki yang kita lakukan terkadang dipandang berbeda oleh sebagian orang,  namun seperti itulah hukum alam, biarkan alam bekerja dengan caranya. Sukses selalu untuk kita semua, Amiin.

Komentar

Silva nandia mengatakan…
sangat bermanfaat sekali. Terimakasih