Salam Mahasiswa!!!
Berbicara tentang "dewasa" seringkali kata ini diucapkan atau di dengar dalam sebuah permasalahan, baik mengenai cara menanggapi, tuntutan sikap, ataupun sistem mengalah berdasarkan usia. Namun sebenarnya apakah arti dewasa yang dimaksud kali ini? mari simak.
Konsep umum mengenai kedewasaan selalu dikaitkan dengan usia seseorang. Kebanyakan orang beranggapan bahwa semakin tua seseorang maka semakin dewasalah ia. Namun kita semua juga tahu bahwa ada beberapa orang yang ternyata semakin tua usianya tidak menunjukkan semakin dewasa (beberapa di antara Anda sekarang bahkan mungkin sedang mengingat dan membayangkan orang tersebut bukan?)
Dalam bidang ilmu psikologi, dewasa adalah periode perkembangan yang bermula pada akhir usia belasan tahun atau awal usia dua puluhan tahun dan yang berakhir pada usia tiga puluhan tahun. Ini adalah masa pembentukan kemandirian pribadi dan ekonomi, masa perkembangan karier, dan bagi banyak orang, masa pemilihan pasangan, belajar hidup dengan seseorang secara akrab, memulai keluarga, dan mengasuh anak anak.
Sayang sekali tanpa disadari banyak orang gagal memahami kedewasaan yang benar sehingga jatuh dalam berbagai masalah atau kedewasaan palsu. Jika kita memahami mana kedewasaan yang benar dan mana yang palsu, maka akan menjadi lebih mudah bagi kita untuk bergerak menuju kedewasaan yang benar. Lalu bagaimanakah menghadapi masa dewasa dengan sikap yang dewasa pula? ada beberapa sikap yang harus kita pahami, dan mental dewasa yang harus kita bentuk, antara lain:
- Menghapuskan prinsip segalanya bergantung pada harta, tahta, dan wanita/pria,
- Kemenangan bukan segalanya, dan kekalahan adalah motivasi.
- Analisis tinggi terhadap sosial, namun untuk mennerima kenyataan hukum sosial, bukan men-judge.
- Kebahagiaan tak hanya di dapat dari orang lai, melainkan dari kelapangan hati sendiri.
- Dapat menerima rasa sakit hati.
- Lebih banyak memaafkan, dan biasakan untuk mengucapkan maaf, terimakasih, dan tolong
- Tidak memaksakan kehendak hati, walau benar sekalipun.
- Sadar akan kausalitas.
- melakukan bukan untuk mendapat pujian, namun karena tujuan positif nya.
- Pengalaman hidup, berkaitan dengan ini, pengalaman hidup yang banyak akan membuat kita lebih teruji dengan tahan banting nya dalam menghadapi problematika kehidupan, baik itu secara sosial maupun penyakit hati yang kita miliki,
- Latar belakang pendidikan dan pergaulan, dalam hal ini tak dapat dipungkuri bahwa lingkungan merupakan cerminan dari karakter kita, semakin baik pergaulan maka semakin baik pula karakter yang terbentuk dalam diri kita, hal ini berbanding lurus pula dengan pendidikan kita.
- aktor penting yang menentukan kedewasaan seseorang. Kematangan diri dan pola pikir itu juga bisa dilihat dari kemampuan diri untuk selalu berproses ke arah yang lebih positif. Tak pernah berhenti belajar dan justru tak pernah berpuas diri dalam melakukan sebuah kebaikan.
Komentar